Cari Blog Ini

Rabu, 23 Februari 2011

Jumlah raka’at Tarawih yang dilakukan oleh Nabi

Jumlah raka’at Tarawih yang dilakukan oleh Nabi
———————————————

Dari buku : Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan, karya Prof. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA, pengasuh Pesantren Luhur Ilmu Hadis : Darus-Sunnah, Guru besar Ilmu Hadis Institut ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta, diterbitkan oleh Pustaka Firdaus Cetakan kedua Juli 2004.
Cover Buku Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan

Cover Buku Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan

Istilah Tarawih berasal dari kata Tarwihah, artinya mengistirahatkan atau duduk beristirahat. Dimana hal ini dimaksudkan sebagai sholat yang paling banyak duduk istirahatnya. Oleh sejumlah ulama Islam, istilah ini dinyatakan sebagai sholat sunnah malam hari yang dilakukan khusus pada malam-malam bulan Ramadhan.

Sholat Sunnah yang dilakukan sepanjang tahun, baik pada malam bulan Ramadhan atau diluar bulan tersebut tidak disebut sebagai Sholat Tarawih.

Pada jaman Nabi sendiri, istilah sholat Tarawih ini tidak dikenal, Nabi pun tidak pernah menyebut istilah ini sebagai sholat malamnya, Beliau menyebut sholat sunnah pada malam-malam bulan Ramadhan sebaga Qiyam Ramadhan (referensi : lihat hadis Bukhari).

Mengenai jumlah raka’atnya sendiri bervariasi, yang berkembang dimasyarakat ada 2 versi, yaitu 8 raka’at plus 3 raka’at witir dan 20 raka’at plus 3 raka’at witir (sederhananya, ada yang melakukan 11 raka’at dan ada yang 23 raka’at termasuk witir).

Pada dasarnya “sholat Tarawih” atau Qiyam Ramadhan tidak dibatasi jumlahnya oleh Nabi, artinya anda boleh melakukan sholat tersebut sebanyak-banyaknya yang anda mampu, hal ini disebabkan tidak adanya hadis yang bersumber dari Nabi sendiri yang memang memberikan batasan raka’at.

Secara logika, sholat ini adalah sholat sunnah, namanya sholat sunnah yaitu sebagai sholat tambahan, boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, sebagai sholat yang tidak diwajibkan, maka logikanya lagi pasti tidak ada pembebanan didalam melaksanakannya, bisa dilakukan berdasarkan keikhlasan dan kesanggupan masing-masing orang, sebab manakala sesuatu itu menjadi beban, maka saat itu juga dia berlawanan dengan prinsip Islam sendiri yang mengedepankan “mudahkan urusan orang, jangan dipersulit” serta doktrin “Tuhan tidak akan membebani hal diluar kesanggupan umatnya” dan “Tidak ada paksaan dalam beragama”.

Bahkan untuk Sholat wajib saja ada banyak sekali kemudahan yang bisa kita peroleh, apa lagi Sholat Sunnah …

Dalil tekstualnya :
1. Rasulullah Saw bersabda : “Siapa yang menjalankan Qiyam Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” Riwayat Bukhari
Jelas Nabi pada hadis diatas tidak menyebutkan jumlah raka’at sholat Qiyam Ramadhan.
2. Dari ‘Aisyah : “Rasulullah Saw tidak pernah menambahi, baik pada bulan Ramadhan maupun selain bulan Ramadhan, dari sebelas raka’at. Beliau sholat empat raka’at dan jangan kamu tanyakan baik dan panjangnya. Kemudian beliau sholat empat raka’at dan jangan kamu tanyakan baik dan panjangnya. Kemudian beliau sholat tiga raka’at.”; Lalu ‘Aisyah berkata : “Saya bertanya, Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum sholat witir ?” ; Beliau menjawab : “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi hatiku tidak tidur” Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Malik bin Anas
Hadis ini memang menyatakan Nabi sholat 11 raka’at, tetapi baca dengan perlahan dari awal, bahwa ‘Aisyah berkata sholat yang 11 raka’at ini dilakukan Nabi baik dibulan Ramadhan ataupun diluar bulan Ramadhan, sekarang apakah Sholat Tarawih itu dilakukan juga diluar bulan Ramadhan ?
Karena itulah maka hadis diatas tidak bisa dijadikan dalil yang menunjukkan Nabi melakukan sholat tarawih sebanyak 11 raka’at.
Imam al-Nawawi menyatakan bahwa hadis diatas merujuk pada sholat witir, demikian juga Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam fath al-Bari berpendapat sama.
3. al-Mughirah menuturkan bahwa Nabi Saw sholat malam sampai pecah-pecah kedua tumitnya, ketika hal ini ditanyakan kepada Beliau, dijawab bahwa “bukankah aku ini seorang hamba yang banyak bersyukur ?” Riwayat Bukhari
Jelas bahwa Nabi sendiri melakukan sholat malam secara rutin baik dibulan Ramadhan ataupun diluar Ramadhan, dari hadis ini mengindikasikan jumlah raka’at Nabi tidak dibatasi, lalu apakah sholat sunnah dimalam bulan Ramadhan ada perbedaannya ? logikanya, justru jumlah raka’at yang dilakukan Nabi pasti lebih banyak lagi karena kemuliaan Ramadhan dibanding bulan-bulan sebelumnya.
4. Dari ‘Aisyah : “Nabi Saw sholat malam dan saya tidur terlentang diatas tempat tidurnya. Apabila beliau hendak sholat witir, beliau membangungkan saya, kemudian saya sholat witir.”
Riwayat Bukhari
Hadis diatas jelas menunjukkan bahwa ‘Aisyah sendiri tidak pernah berkata bahwa Nabi sholat Qiyam Ramadhan 11 raka’at, dan memang logikanya ‘Aisyah pasti tidak tahu karena saat Nabi Sholat, ‘Aisyah sedang tidur dan baru dibangunkan Nabi saat hendak sholat witir saja.
5. Saat pemerintahan Umar bin Khatab, beliau menggalakkan kembali tradisi sholat Qiyam Ramadhan berjemaah dimasjid seperti yang pernah ada dijaman Nabi (Nabi melakukannya selama beberapa malam, tetapi akhirnya Nabi memilih sholat dirumah karena khawatir umatnya akan menganggap sholat tersebut wajib).
Saat Umar bin Khatab menghidupkan kembali tradisi tersebut, beliau menyuruh Ubay bin Ka’ab menjadi imam dan jumlah raka’atnya adalah 20 raka’at.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan dishahihkan juga oleh Imam al-Nawawi dan lain-lainnya, meskipun ada juga yang menganggapnya lemah.
Tetapi logikanya adalah, jika riwayat ini lemah dan apa yang dilakukan oleh Umar ini salah, kenapa tidak ada sahabat Nabi yang protes atas kesalahan raka’at tarawih tersebut ? padahal ‘Aisyah, Imam Ali bin Abu Thalib, Usman bin Affan dan sejumlah sahabat senior lainnya masih hidup, pasti mereka akan menyanggah dan sanggahan itu pasti masyur dan sampai riwayatnya kekita. Sedangkan saat Umar membatasi besarnya mahar perkawinan, dia diprotes oleh seorang wanita karena dianggap bertentangan dengan al-Qur’an.

6. K.H. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi Muhammadiyah, melakukan sholat Qiyam Ramadhan 20 raka’at, begitupula pendiri Nahdlatul Ulama K.H. M. Hasyim Asy’ari (informasi ini diperoleh oleh penulis buku ini dari anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pembantu Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta, dan kesaksian guru-guru dipesantren Tebu Ireng Jombang).
Inti dari semuanya, bahwa Sholat Qiyam Ramadhan atau populernya Tarawih itu tidak dibatasi jumlah raka’atnya, boleh 8, boleh 11, 20 sampai tak hingga.
Semakin banyak sholat sunnah dimalam-malam bulan Ramadhan tentu lebih baik dalam hal ibadah, asalkan tetap mengacu pada kemampuan diri, jika kita sanggupnya 8 ya 8 saja, jika sanggup 100 raka’at ya lakukan 100 raka’at, jangan pernah memaksa diri karena tubuh juga ada hak untuk beristirahat.

Demikian.,
Salamun ‘ala manittaba al Huda
Khud al hikmah walau min lisani al kafir

http://arsiparmansyah.wordpress.com/2008/08/20/jumlah-rakaat-tarawih-yang-dilakukan-oleh-nabi/
ARMANSYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar