Cari Blog Ini

Senin, 10 Januari 2011

Tokoh Pelopor Teori Heliosentris

Oleh : Nur Hidayatullah
BAB 1
PENDAHULUAN

Sebenarnya fenomena langit telah diteliti sejak zaman kuno oleh orang orang Cina, Mesopotamia dan Mesir. Tetapi astronomi sebagai ilmu, baru berkembang pada zaman Yunani, yaitu pada abad VI. Pada zaman ini , ada dua teori mengenai peredaran planet-planet, yaitu teori geosentris dan teori heliosentris, dimana teori geosentris pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 SM), dan teori heliosentris dikemukakan oleh Aristarchus (3 SM). Pada zaman ini teori ini saling bersaing.
Bagi orang awam teori geosentris adalah teori yang cenderung kepada kebenaran. Mungkin pandangan seperti inilah yang berlaku dari zaman Abu al-Basyar, zaman Adam dan Hawa (Manusia pertama yang hidup di bumi). Namun secara tidak sadar kita juga menggunakan teori geosentris dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang seperti ini telah terbukti secara empiris oleh mata kita yang memandang matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Dan akhirnya kita beramsumsi bahwa matahari-lah yang mengeliling bumi.
Pada abad pertengahan (12-15 M) orang-orang Eropa barat sangat mendukung Aristoteles. Apa saja yang dikatakan Aristoteles dianggap mutlak benar, dan Aristoteles mengatkan bahwa bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Pendapat ini juga dikemukakan oleh Plotomeus, dan Pandangan geosentris selama lebih dari tiga belas abad diterima oleh masyarakat dunia.
Pada abad XVI M, teori tersebut ditentang secara terang-terangan oleh Copernicus dengan mengatakan bahwa matahari merupakan pusat sistem tata surya dan bumi bergerak mengelilinginya dalam orbit lingkaran (Heliosentris). Pandangan ini mendapat dukungan oleh para tokoh astronomi, diantaranya yaitu Johannes Kepler (1609), Galileo Galilei (1609-1642), Sir Isac Newton (1643-1727).


BAB II
RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, kami mengambil pokok permasalan yang nantinya akan kami kemukakan dalam makalah ini:
1. Sekilas tentang teori heliosentris
2. Siapakah tokoh pencetus teori heliosentris
3. Seputar Sejarah pelopor teori heliosentris

BAB III
PEMBAHASAN

1. Sekilas tentang teori heliosentris
Heliosentris adalah suatu pandangan yang dicetuskan pertama kali oleh Aristarchus dan disempurnakan oleh Nicholas Copernicus (1473-1543 M), yang mana berpendapat bahwa matahari adalah pusat tata surya serta bumi mengelilingi matahari serta benda langit itu akan terliht bergerak lamban apabila dia semakin jauh dari matahari.
Pada pandangan heliosentris ini, planet-planet yang ada di luar angkasa sana mengelilingi matahari dengan putarannya berbentuk orbit elip, dimana mataharilah sebagai titik pusatnya.
Pandangan heliosentris itu sebenarnya sudah dikeluarkan oleh Aristarchus. Namun dalam masyarakat dunia, Aristarchus tidak mendapat porsi jumbo di mata banyak orang sebagai pelopor pandangan ini, sebab kurangnya pendukung pandangan ini pada saat itu, Karena teori ini tertutup oleh kemajuan Aristoteles yang sangat terkenal pada waktu itu. Justru Nicolas Copernicus-lah yang menyandang reputasi besar yang mendunia sejak zaman pencerahan (Renaissance) sampai zaman modern sekarang ini.
Teori ini muncul dengan berbagai macam tantangan. Sampai-sampai Copernicus dianggap murtad oleh pemuka-pemuka gereja dan dianggap tidak waras oleh banyak kalangan ilmuwan karena telah melanggar dogma gereja dan dogma ilmu pengetahuan. Copernicus mengumumkan makalahnya tentang bumi mengelilingi matahari itu pada tahun 1543 M. Sehingga jelaslah apabila kita membaca kronologi sejarahnya, dapat disimpulkan bahwa teori heliosentris ini disebut juga dengan Sistem Kopernikus, system yang menempatkan matahari sebagai pusat Tata Surya. Sistem ini dalam bahasa inggris disebut Heliosentric, dan dalam bahasa arab disebut Mukhtash bimarkaz Asy-Syams.
Dalam pandangan heliosentris, ada 6 planet yang mengelilingi matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, dan Saturnus.
Teori heliosentris selama 4 abad lamanya telah mengalami prasangka umum yaitu bahwa matahari dikelilingi oleh bumi sekaligus sebagai pusat tata surya. Teori ini banyak dikembangkan oleh para astronom. Misalnya astronom dari Inggris, Sir William Herschel dapat melihat gugusan bintang bima sakti (abad 18).
Teori atau pandangan heliosentris ini juga didukung oleh pendapat para astronom, bahwa matahari adalah induk dari satelit-satelit dan benda-benda langit lainnya .
Hal ini juga didukung oleh nash al-Qur’an, surat Ibrahim ayat 33:
“Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang“.
Al- Anbiya’ ayat 33:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.“


2. Tokoh Pelopor teori heliosentris
A. Aristarchus
Aristarchus dari Samos (sekitar 250 tahun SM) adalah orang pertama yang tegas dan eksplisit menyebutkan bahwa bumi bulat, berputar sendiri sambil bergerak mengelilingi matahari. Ia merupakan seorang ahli astronomi Klasik Yunani yang pertama kali menemukan kepastian tentang system Heliosentris sekaligus pembantah pertama terhadap pendapat Aristoteles tentang teori geosentris-nya pada abad III SM. Dia berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta (Geosentris). Akan tetapi, bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang merupakan pusat gerak langit. Sistem seperti ini pernah juga dikatakan oleh Ekfant dan Hikatas yang merupakan Wakil angkatan pemikiran (sekolah) Pitagoras bahwa benda-benda langit tidak bergerak dan hanya Bumi berputar dengan kecepatan besar, dengan begitu pulalah diterangkan berbagai gejala langit yang lain. Filosof Yunani Heraclitus (abad III SM) tidak hanya mengakui putaran bumi sehari-semalam, tetapi juga beredarnya Merkurius dan Venus mengelilingi Matahari. Namun semua pernyataan itu telah dilupakan dan berganti dengan pengajaran geosentris yang (ternyata kemudian) non-ilmiah. Teori ini disebut teori Heliosentris.
Aristarchus merupakan tokoh yang hampir melakukan sebuah terobosan penting kedua setelah Aristoteles dalam dunia astronomi. Dikatakan sebagai terobosan penting, karena sebelumnya ada pendapat yang mengatakan bahwa bumi itu berbentuk datar yang dikemukakan oleh Thales. Pendapat Thales memang wajar, mengingat terbatasnya teknologi pada saat itu. Namun, tokoh ini berani mengemukakan pandangannya yang berbeda dengan kemampuan yang dimilikinya serta teknologi yang terbatas, bahwasanya bumi berputar dan beredar mengelilingi matahari yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang, teori ini kurang mendapatkan respon dari masyarakat saat itu.disamping itu pandangan ini juga dipengaruhi dengan majunya pandangan geosentris pada zaman itu, maka pandangan Aristarchus tidak terlihat. Serta pendukung Aristarchus amatlah sedikit.
Selain penemuan dan sumbangsih Aristarchus di bidang astronomi yang telah disebutkan di atas, Ia juga menemukan cara untuk mengukur besar kecilnya bulan dan matahari.
Gerhana Bulan: Bumi berada antara matahari dan bulan, yang menutupi bulan adalah bayangan bumi yang selalu lengkung mencuri cahaya matahari. Karena matahari 180 kali lebih besar dari pada bumi, maka bumilah yang mengelilingi matahari.

B. Nicolas Copernicus (1473-1543 M)
Nicolas Copernicus merupakan orang pertama yang secara terang-terangan mengatakan bahwa matahari merupakan pusat system tata surya, dan bumi mengelilinya dalam orbit lingkaran. Teori Heliosentris ini ia sampaikan dalam publikasinya yang berjudul ‘De Revolutionibus Orbium Caelestium. Nicolas Copernicus seorang ahli astronomi yang menentang pandangan geosentris dari Plotomeus ini lahir pada tanggal 19 pebruari 1473 di Torin, Polandia pada abad pertengahan dan pencerahan (renaissance).
Dalam system heliosentris ini bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola langit dan beredar mengelilingi matahari (yang beredar di pusat), dan pada bintang-bintang tersebut terdapat planet-planet (termasuk bumi) yang selalu beredar mengelilinya sepanjang lintasan-lintasan yang masing-masing berbentuk lingkaran. Sistem Copernicus ini lebih sederhana dan lebih mudah memprediksi gerakan benda-benda langit dari pada Sistem Ptolomeus dengan gerakan-gerakan epicycles dari planet-planet itu.
Orang yang pertama kali menguasai ilmu pasti adalah Nicholas Copernicus (1473-1543) setelah menuntut ilmu pengetahuan di universitas krakau, Bologna Ferrara. Akhirnya ia belajar pada pusat ilmu pasti dan eksperimen di Padua.
Copernicus menjadi pejabat katedral di Frauenburg (Jerman Timur) dan bekerja sebagai administrator, diplomat, dan penasehat di university. Mula-mulanya dia dipaksa untuk menerima pembelajaran astronomi Ptolomeus secara resmi (geosentris) akan sejalan dengan perkembangan pola pikirnya, dia meragukan kebenarannya, dan akhirnya Copernicus menelitinya secara seksama dengan menggunakan data-data ilmu pasti baik yang sudah lama maupun hal-hal yang baru bermunculan.
Untuk masalah orbit, data yang didapatkan Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan bahwa orbitnya tidak kosentrik. Ia kemudian menggali ulang teori Aristarchus dan menulis sebuah buku.
Pada akhirnya pada tahun 1540-an dia menghasilkan suatu karya berjudul “De Revolusionibus Orbium Colestum” (tentang pemutaran badan-badan angkasa, 1543) disana dia mengemukakan bahwa ada suatu fakta yang telah dia ketahui yaitu bumi berputar pada sumbunya (rotasi) dan bersama-sama planet lain berputar mengelilingi matahari (revolusi).
Teori Copernicus ini mendapat sambutan hangat dari para ilmuwan pada zaman tersebut, khususnya dari kalangan ahli astronomi praktis walaupun ada dari mereka yang menguji. Akan tetapi, teori ini lebih banyak diterima oleh para ilmuwan dengan disertai eksperimen-eksperimen lebih lanjut.
Dengan alat-alat sederhana yang ada pada saat itu, Copernicus mempelajari gerakan-gerakan matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Tentu saja ia juga mempelajari astronomi zaman Yunani kuno. Ia menarik kesimpulan bahwa kalau matahari yang dianggap diam dan bumi serta planet-planet yang dianggap mengelilingi matahari.
Copernicus menjelaskan bahwa Mataharilah yang sesungguhnya menjadi pusat edar, dimana planet-planet (saat itu baru ditemukan 6 buah dalam tata surya kita) mengelilinginya. Artinya, menurut Copernicus, mataharilah yang sebetulnya merupakan pusat tata surya kita. Namun demikian, Copernicus masih menganggap orbit planet-planet tersebut masih berbentuk lingkaran, sementara matahari diam sebagai pusat edarnya di tengah lingkaran tersebut, demikian pula bintang-bintang yang diduga stasioner.
Copernicus tahu betul betapa bahayanya mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja, apalagi pendapat Paus waktu itu. Selama tiga puluh tahun ia menyimpan bukunya di tempat yang terkunci sambil melakukan pengamatan lebih lanjut. Tetapi akhirnya ia memutuskan untuk menerbitkannya. Teori heliosentris Copernicus disampaikan dalam publikasinya yang berjudul de Revolutionibus Orbium Colestium kepada Paus Pope III dan diterima oleh gereja. Pada tanggal 24 Mei 1543, pada saat contoh bukunya diperlihatkan padanya, ia hembuskan nafasnya yang terakhir.

C. Galileo Gallilei
Galileo Galilei dilahirkan pada tahun 1564 di kota Pisa di-Italia. Galileo menjadi pendukung teori Copernicus.
Gallileo adalah salah seorang ahli astronomi yang mendukung teori heliosentrisnya Copernicus. Ia berhasil menjadi penemu teleskop pertama yang dapat dengan jelas melihat relief permukaan bulan, noda-noda matahari planet saturnus dengan cincinnya yang indah, planet yupiter dengan enam buah satelitnya. Dan yang tak kalah pentingnya melalui pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapat kesimpulan bahwa bumi bukanlah pusat gerak. Salah satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentris adalah masalah fase Venus berdasarkan teori geosentris. Ptolomeus menyatakan bahwa Venus berada dekat titik antara matahari dan bumi, sehingga pengamat dari bumi hanya bisa melihat Venus saat mengalami fase sabit. Tetapi berdasrkan teori heliosentris dan pengamatan yang dilakukan Galileo, semua fase Venus bisa terlihat, bahkan ditemukan juga sudut piringan Venus lebih besar pada saat fase sabit dibanding saat purnama. Penemuan ini tidak hanya membantu menguatkan teori heliosentris Copernicus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam perkembangan dunia dunia astronomi.
Pada tahun 1616 M, Galileo diperingatkan agar jangan mendukung teori heliosentris dari Copernicus. Pada tahun 1632 M, Galileo menerbitkan bukunya yang berjudul “Dialogue Concerning The Two Chef System of The World ”. Pada musim dingin tahun 1633 M, ia dipanggil Komite Inquisisi dari gereja Katholik Roma. Setelah ditahan berbulan-bulan, pada tanggal 22 Juni 1633 ia diajukan ke pengadilan. Waktu itu usianya telah 70 tahun dan sering sakit-sakitan. Dalam keadaan tua, ia bersedia menarik kembali dukungannya pada teori Copernicus. Ia tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Pada tahun 1642, Galileo meninggal dunia dalam status tahan rumah.
Salah satu contoh terkenal yang diajukan oleh para kritikus tersebut adalah Galileo Galilei, yang pada tahun 1633, dikutuk karena berpegang teguh pada ajaran jagad raya yang heliosentris (jagad raya berpusat pada matahari), teori yang pertama kali dicetuskan oleh Nicolaus Copernicus, seorang imam Katolik. Setelah bertahun-tahun diinvestigasi, berkonsultasi dengan Paus, berjanji kemudian dilanggar oleh Galileo sendiri, dan akhirnya suatu pengadilan oleh Tribunal Inkuisisi Romawi dan Universal, Galileo didapati "dituduh sebagai bidaah" - bukan bidaah, sebagaimana yang seringkali secara keliru disebut-sebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa dua dari empat thesis ilmiah yang dikedepankan oleh Galileo sebenarnya keliru, yakni bahwasanya Matahari adalah pusat jagad raya, dan bahwasanya Bumi mengitari Matahari dalam orbit berbentuk lingkaran sempurna, Paus Yohanes Paulus II secara terbuka mengungkapkan penyesalan atas tindakan-tindakan orang-orang Katolik yang memperlakukan Galileo dengan buruk dalam pengadilan pada tanggal 31 Oktober 1992. Sebuah abstraksi dari tindakan-tindakan dalam proses pengadilan terhadap Galileo dapat dijumpai di Arsip Rahasia Vatikan (Vatican Secret Archives), yang mereproduksi sebahagian arsip tersebut dalam situs web-nya. Kardinal John Henry Newman, pada abad ke-19, berkata bahwa orang-orang yang menyerang Gereja Katolik hanya mampu menunjukkan kasus Galileo, yang bagi banyak sejarawan tidaklah membuktikan adanya oposisi Gereja terhadap ilmu pengetahuan karena justru banyak rohaniwan Katolik pada masa itu yang didorong oleh Gereja untuk meneruskan penelitian mereka.

D. Johanes Kepler
Johannes Kepler adalah seorang penerima tongkat estafet teori Copernicus sekaligus menyempurnakan teori tersebut. Kepler adalah murid dari Tycho Brahe (seorang ilmuwan yang kurang percaya terhadap pandangan heliosentris. Oleh karena itu, dia menyuruh Kepler meneruskan penelitian tentang itu).
Johannes Kepler juga muncul sezaman dengan Galileo. Kepler beragama Kristen Protestan. Dia adalah seorang penulis ulung ang muskil. Kepler berkecimpung dalam dunia ilmu pasti dan keselarasannya daripada dalam pengamatan praktis atau ilmu mekanika.
Tycho Brahe telah mewariskan banyak hal dengan muridnya (J. Kepler), dan dengan memenfaatkan data-data dan alat-alat Tycho Brahe, J. Kepler berhasil menyempurnakan pandangan heliosentis Copernicus.
Johannes Kepler juga menggunakan teori logaritma dan ilmu ukur segitiga (trigonometri) yang disempurnakan. Kepler juga berhasil menunjukkan bahwa planet-planet beredar dalam orbit elip dan matahari sebagai pusat dari tata surya. Ia membandingkan hubungan antara bumi dan matahari seperti hubungan besi dan magnet. Namun, ia belum mengetahui apa penyebab semuanya itu mengelilingi matahari. Keberhasilan Kepler akan pengembangan astronomi tersebut didukung dengan mengembangkan astrologi untuk memperoleh uang (dana), dengan pengembangan-nya itulah Ia dapat mengembangkan ilmu astronomi lebih mendalam.
Johannes Kepler dengan astronomi yang Ia kembangkan, menemukan 3 (tiga) buah hukum astronomi:
a) Orbit dari semua planet berbentuk elips.
b) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c) Bila jarak antara dua planet (A dan B) dengan matahari adalah x dan y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q Maka: P2:Q2=x2;y2.
Ketiga Hukum Keppler masih dipakai sampai saat ini dalam astronomi, dengan perbaikan seperlunya.
Ketiganya berdasarkan Empiri (Archimedes dan R. Bacon)
Dengan sumbangan besar yang dilakukan Keppler dalam bidang astronomi inilah, kita dapat menyimpulkan bahwa Ia telah memberikan kontribusi terhadap intelektual masyarakat dunia sampai sekarang.


PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan terima kasih banyak atas perhatian dan partisipasinya tak lupa juga kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Kami mengharap tegur sapa serta saran konstruktif dari pembaca yang budiman, Semoga dengan saran tersebut dapat membawa kesempurnaan makalah ini di kemudian hari dan bermanfaat bagi kita semua. Amien…Wallahu A’lamu bi al-Shawab.


BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Susiknan Azhari, M.A, Ensiklopedia Hisab Rukyat.Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008
Dr.M.Solihin, M.A, Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern. Pustaka Setia, Bandung, 2007
Prof.Dr.Bambang Hidayat, Cendekiawan Muslim Asia Abad Pertengahan, Abu Raihan al-Biruni. Suara Bebas, Jakarta, 2007
Wilkes, Keith. 1982. Agama dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka
Khazin, Muhyiddin. 2005. Kamus Ilmu Falak. Yogyakarta : Buana Pustaka. Cet. I
Nasoetion, Andi Hakim. 1989. Pengantar ke Filsafat Sains. Jakarta : PT. Pustaka Litera Antar Nusa
Piran, Felix dan Cristine Roche. 2004. Alam Semesta. Batam Centre : Scientific Press
Dyayadi. 2008. Alam Semesta bertawaf (Keajaiban Sains dalam Alquran). Yogyakarta : Lingkaran
Drs.Burhanuddin Salam. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta : Rineka Cipta. Cet. I
http//chrisantium.blog.frinster.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar